Dalam 3 – 4 dasa warsa ini kebutuhan dan perkembangan dunia pendidikan di Indonesia sepertinya sangat mencengangkan.
Pada era tahun 70-an, ketika saya masih dalam usia pasca Balita, pendidikan dasar yang sangat umum dikenal adalah Sekolah Dasar (SD) yang merupakan perkembangan dari Sekolah rakyat (SR).
Masih sangat jarang dijumpai pendidikan pra SD atau Taman Kanak-Kanak ( TK ). Kalaupun ada, itupun terbatas di kota-kota besar atau hanya untuk orang-orang yang bener-bener berduit dan pejabat.
Lha wong SD saja yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari, untuk cari murid terkadang harus pakai pengarahan dan bujukan.
Bisa jadi, memang tidak ada biaya masuk Taman Kanak-Kanak atau bisa jadi memang belum butuh. Soalnya waktu itu Kanak-Kanak masih bisa bermain dengan leluasa. Di sawah-sawah nan hijau, ladang dan tegalan yang subur atau di sungai-sungai yang masih jernih airnya.
Jadi sepertinya memang belum butuh Taman untuk bermain. Sudah ada tempat bermain dan belajar yang lengkap dan murah. Dari alam.
Kemudian pada era tahun 80-an, sawah tidak lagi selalu hijau, ladang menjadi tandus dan air sungai sudah mulai keruh. Maka Kanak-Kanak pun terpaksa kehilangan tempat bermain dan belajar yang lengkap dan murah.
Dan Taman Kanak-Kanak pun merebak dengan pesatnya, sebagai ganti tempat bermain dan belajar Kanak-Kanak kita, meski dengan ongkos dan biaya yang relative lebih mahal. Tapi itu memang konsekuensinya, karena untuk membuat dan membangun sebuah Taman untuk Kanak-Kanak kita , tentu butuh biaya tidak sedikit.
Era tahun 90-an, perkembangan penduduk menjadi semikian pesatnya, juga kebutuhan akan tempat tinggal. Sehingga Kanak-Kanak kita meski sudah tersalurkan pendidikannya ke banyak Taman Kanak-Kanak, mereka kehilangan ruang untuk berkumpul dan bersosialisasi dengan kanak-kanak di lingkungannya. Sehingga sangat dimaklumi jika kemudian tumbuh menjamur Play Grup untuk mendidik berkumpul dan bersosialisasi kanak-kanak kita.
Dan jika biayanya lebih mahal lagi, semestinya juga harus dimaklumi.
Karena membentuk grup kanak-kanak tentu lebih besar ongkosnya dibanding hanya membangun sebuah Taman.
Tahun 2000-an era millennium. Tuntutan kebutuhan hidup yang semakin besar berakibat kesibukan yang tiada hentinya.
Kita para orang tua semakin jarang untuk bergaul dan menjalin kebersamaan dengan Kanak-Kanak kita.
Maka Taman Kanak-Kanak untuk bermain dan belajar, Play Grup untuk belajar berkumpul dan bersosialisasi kanak-kanak kita tidak lagi menjadi cukup.
Untuk mengganti kesempatan berkumpul dan menjalin kebersamaan dengan para orang tua, maka kanak-kanak butuh pengganti orang tua yang menjaganya, merawat, mendidik dan mengajarinya.
Kanak-kanak kita menjadi butuh Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Harga lebih mahal lagi ??? Wajar.
Berapa biaya yang dapat dihitung untuk dapat menggantikan peran orang tua bagi kanak-kanak kita ?
Sedangkan itu baru awalnya. Karena saat ini adalah era globalisasi. Tidak terlalu kentara lagi batas-batas wilayah dunia ( dan juga dunia pendidikan ).
Pendidikan anak tidak cukup lagi sebatas nasional, tapi harus mulai memasuki wilayah internasional.
Dan Sekolah Berstandard Internasional ( SBI ) pun sudah mulai menjadi tuntutan.
Maka jangan mengeluhkan biaya.
Karena coba saja bandingkan, untuk lokal saja sudah mahal apalagi yang interlokal ? eh.. ( Internasional ).
Sedangkan dunia ( dan pendidikannya ) akan selalu dan terus berkembang. Bisa jadi – entah kapan – karena kebutuhan dan tuntutan zaman, suatu saat para orang tua mungkin tidak cukup hanya melakukan pendidikan usia dini tapi meningkat menjadi pendidikan pra usia dini dengan melakukan Tutorial INtensif DAlam KaNdungan Sampai sI Anak Lahir ( TINDAKAN SIAL ).
Siapa tahu…..
Pada era tahun 70-an, ketika saya masih dalam usia pasca Balita, pendidikan dasar yang sangat umum dikenal adalah Sekolah Dasar (SD) yang merupakan perkembangan dari Sekolah rakyat (SR).
Masih sangat jarang dijumpai pendidikan pra SD atau Taman Kanak-Kanak ( TK ). Kalaupun ada, itupun terbatas di kota-kota besar atau hanya untuk orang-orang yang bener-bener berduit dan pejabat.
Lha wong SD saja yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari, untuk cari murid terkadang harus pakai pengarahan dan bujukan.
Bisa jadi, memang tidak ada biaya masuk Taman Kanak-Kanak atau bisa jadi memang belum butuh. Soalnya waktu itu Kanak-Kanak masih bisa bermain dengan leluasa. Di sawah-sawah nan hijau, ladang dan tegalan yang subur atau di sungai-sungai yang masih jernih airnya.
Jadi sepertinya memang belum butuh Taman untuk bermain. Sudah ada tempat bermain dan belajar yang lengkap dan murah. Dari alam.
Kemudian pada era tahun 80-an, sawah tidak lagi selalu hijau, ladang menjadi tandus dan air sungai sudah mulai keruh. Maka Kanak-Kanak pun terpaksa kehilangan tempat bermain dan belajar yang lengkap dan murah.
Dan Taman Kanak-Kanak pun merebak dengan pesatnya, sebagai ganti tempat bermain dan belajar Kanak-Kanak kita, meski dengan ongkos dan biaya yang relative lebih mahal. Tapi itu memang konsekuensinya, karena untuk membuat dan membangun sebuah Taman untuk Kanak-Kanak kita , tentu butuh biaya tidak sedikit.
Era tahun 90-an, perkembangan penduduk menjadi semikian pesatnya, juga kebutuhan akan tempat tinggal. Sehingga Kanak-Kanak kita meski sudah tersalurkan pendidikannya ke banyak Taman Kanak-Kanak, mereka kehilangan ruang untuk berkumpul dan bersosialisasi dengan kanak-kanak di lingkungannya. Sehingga sangat dimaklumi jika kemudian tumbuh menjamur Play Grup untuk mendidik berkumpul dan bersosialisasi kanak-kanak kita.
Dan jika biayanya lebih mahal lagi, semestinya juga harus dimaklumi.
Karena membentuk grup kanak-kanak tentu lebih besar ongkosnya dibanding hanya membangun sebuah Taman.
Tahun 2000-an era millennium. Tuntutan kebutuhan hidup yang semakin besar berakibat kesibukan yang tiada hentinya.
Kita para orang tua semakin jarang untuk bergaul dan menjalin kebersamaan dengan Kanak-Kanak kita.
Maka Taman Kanak-Kanak untuk bermain dan belajar, Play Grup untuk belajar berkumpul dan bersosialisasi kanak-kanak kita tidak lagi menjadi cukup.
Untuk mengganti kesempatan berkumpul dan menjalin kebersamaan dengan para orang tua, maka kanak-kanak butuh pengganti orang tua yang menjaganya, merawat, mendidik dan mengajarinya.
Kanak-kanak kita menjadi butuh Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Harga lebih mahal lagi ??? Wajar.
Berapa biaya yang dapat dihitung untuk dapat menggantikan peran orang tua bagi kanak-kanak kita ?
Sedangkan itu baru awalnya. Karena saat ini adalah era globalisasi. Tidak terlalu kentara lagi batas-batas wilayah dunia ( dan juga dunia pendidikan ).
Pendidikan anak tidak cukup lagi sebatas nasional, tapi harus mulai memasuki wilayah internasional.
Dan Sekolah Berstandard Internasional ( SBI ) pun sudah mulai menjadi tuntutan.
Maka jangan mengeluhkan biaya.
Karena coba saja bandingkan, untuk lokal saja sudah mahal apalagi yang interlokal ? eh.. ( Internasional ).
Sedangkan dunia ( dan pendidikannya ) akan selalu dan terus berkembang. Bisa jadi – entah kapan – karena kebutuhan dan tuntutan zaman, suatu saat para orang tua mungkin tidak cukup hanya melakukan pendidikan usia dini tapi meningkat menjadi pendidikan pra usia dini dengan melakukan Tutorial INtensif DAlam KaNdungan Sampai sI Anak Lahir ( TINDAKAN SIAL ).
Siapa tahu…..
Artikel Terkait
0 comments:
Post a Comment
Terimakasih telah memberikan komentar di web ini. Semoga membantu dan bermanfaat.